Dewan Pimpinan Pusat Legiun Veteran Republik Indonesia (DPP LVRI) pada hari Kamis 10 Juli 2025 siang, menganugerahkan Tanda Penghargaan Bintang LVRI dan Satya Lencana LVRI kepada lima tokoh Indonesia dalam suatu acara yang berlangsung di Aula Karya Dharma Gedung Veteran, di Jakarta.

Penganugerahan Bintang dan Satya Lencana LVRI langsung dilakukan oleh Ketua Umum DPP LVRI Letjen TNI Purn HBL Mantiri diberikan kepada Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si (Ketua Umum PP Muhammadiyah), H Yendra Fahmi (seorang pengusaha), Irjen Pol Purn Satriya Hari Prasetya (Anggota Wantimpus LVRI), dan Minister/Diplomat Purn Abdul Mun’im Ritonga, M.H. (Anggota Wantimpus LVRI), sedangkan Satya Lencana LVRI diberikan kepada Irjen Pol Purn Drs. Y Jacki Uly, M.H. (Kepala Departemen Kominfo DPP LVRI).

Penghargaan itu diberikan sebagai bentuk apresiasi atas jasa dan kontribusinya para penerima Bintang LVRI dan Satya Lencana LVRI yang dinilai besar dalam mendukung perjuangan nilai-nilai kejuangan serta penguatan kelembagaan LVRI.

Ketua Umum DPP LVRI HBL Mantiri dalam sambutannya, menegaskan bahwa “Bintang LVRI adalah penghargaan tertinggi yang hanya diberikan kepada tokoh yang memiliki jasa besar bagi LVRI dan perjuangan nilai-nilai kebangsaan. Ia menyebut komitmen Prof. Haedar Nashir, termasuk dalam renovasi Kantor DPD LVRI Yogyakarta, sebagai wujud nyata dukungan terhadap LVRI. Bintang LVRI tidak diberikan dengan mudah, ini adalah merupakan bentuk penghargaan atas kontribusi besar dari Bapak Haedar Nashir dan Bapak H Yendra Fahmi, yang kami rasakan manfaatnya begitu besar. Semoga kerja sama terus terjalin di masa depan,” harapnya.

Acara penganugerahan tersebut dihadiri oleh beberapa Pejabat Pemerintah, di antaranya Sekretaris Umum PP Muhammadiyah yang juga Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI Abdul Mu’ti, para pejabat DPP LVRI, pejabat Wantimpus LVRI, Pengurus PP Piveri, Laksamana TNI Purn Prof. Marsetio, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Karyoto, serta sejumlah pimpinan dan kader Muhammadiyah lainnya. Hal tersebut juga menandai pertemuan antara generasi Pejuang Kemerdekaan dan generasi penerus bangsa dalam semangat kolaborasi membangun Indonesia yang berkeadaban.

Dalam sambutannya, Prof. Haedar Nashir menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang mendalam atas penghargaan yang diterimanya. Ia mengaku terharu karena merasa belum sepenuhnya layak untuk menerima penghargaan tersebut, namun tetap menerimanya dengan penuh tanggung jawab moral.

“Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas penghargaan Bintang LVRI ini. Terus terang, kami merasa belum layak, namun penghargaan ini menjadi amanah dan inspirasi yang mendalam, baik bagi diri kami, keluarga, organisasi, maupun generasi bangsa,” ujarnya.

Ketua Umum PP Muhammadiyah mengisahkan pertemuannya dengan Pimpinan DPP dan Wantimpius LVRI di Yogyakarta beberapa waktu lalu, yang menyampaikan berbagai kisah perjuangan masa lalu. Pertemuan itu, menurutnya, membangkitkan kesadaran kolektif tentang pentingnya menghidupkan kembali semangat juang dan pengorbanan para Pejuang Kemerdekaan di era kini.

Prof. Haedar menegaskan pentingnya tiga hal untuk membangun Indonesia ke depan, yaitu komitmen, integritas, dan pengabdian tanpa pamrih.

Ia juga menyinggung figur Panglima Besar Jenderal Soedirman, tokoh yang berasal dari kalangan Muhammadiyah, sebagai teladan pengabdian dan komitmen luhur.

“Jenderal Soedirman menjadi contoh ideal yang membumi tentang integritas dan pengabdian. Dalam usia muda, beliau menunjukkan kepemimpinan luar biasa dalam Perang Gerilya. Itulah teladan untuk generasi muda hari ini,” jelasnya.

Nilai kedua yang disoroti Prof. Haedar adalah pentingnya menanamkan nilai-nilai ke-Indonesia-an dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia menyatakan bahwa pewarisan nilai-nilai Pancasila tidak boleh sekadar simbolik, tetapi harus terwujud nyata dalam tindakan. “Warisan nilai itu mahal. Kita harus hidupkan dalam praksis sehari-hari, dipadukan dengan nilai agama dan budaya luhur bangsa,” tambahnya.

Poin ketiga, Prof. Haedar Nashir menyerukan agar masa depan Indonesia dirancang dengan menggabungkan kemajuan intelektual dan teknologi (Iptek) dengan kekayaan nilai-nilai luhur.

Menurutnya, Bangsa Indonesia harus menghindari dua ekstrem, yaitu kehilangan nilai karena mengejar kemajuan, atau stagnan karena hanya menjaga tradisi. “Perpaduan antara kemajuan dan nilai adalah kepentingan bersama agar kita bisa sejajar dengan bangsa-bangsa lain,” tuturnya.